Powered By Blogger

Welcom To My Block ! :-)

hari hari saya lewati dengan senang dan duka.seperti saat ini,besok,dan kemarin.blog saya memberikan inspirasi untuk semua orang yang ingin dan lebih dekat untuk mengetahuinya.kemudian saya ingin memperkenalkan diri saya. Nama saya "Eden Michael Yeriko Tololiu" panggil saja saya Emickoto.mau tahu tentang cheat,Games,Game Online,Berita,Harga barang,dll.kunjungi saja web saya,kaloh mau tahu lebi dekat sama saya,cari di FB Nama"Yeriko Mdo Clancy"baik all,suda cukup Teks saya. moga moga Blog saya nisa membuat kalian Lebih tahu dan lebih dekat dan dll. Trims klo udah Baca..... :-)

/\\/Search\//\

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 08 Oktober 2011

Jerusalem...


Etimologi

Akar kata Semitik untuk nama "Yerusalem" kadang dianggap "s-l-m" yang berarti damai,[5] kerukunan atau kesempurnaan. Sebuah kota yang disebut Rušalimum atau Urušalimum muncul dalam catatan Mesir kuno sebagai sebuah rujukan pertama bagi Yerusalem.[6] Bentuk Mesir tersebut diperkirakan diturunkan dari nama lokal yang tertera dalam surat-surat Amarna, e.g: dalam EA 287 (dimana terdapat beberapa bentuk) Urusalim.[7][8] Bentuk Yerushalayim(Yerusalem) pertama muncul dalam kitab Yosua. Bentuk ini merupakan sebuah portmanteau dari yerusha (pusaka) dan nama asli Shalem yang bukan merupakan evolusi fonetik sederhana dari bentuk ini dalam surat Amarna. Sebagian kalangan meyakini adanya hubungan kata ini dengan kata Shalim, dewa pemurah dari mitologi Ugarit yang merupakan personifikasi waktu petang.[9] Umumnya akhiran -im menunjukkan bentuk jamak dalam tata bahasa Ibrani dan -ayimbentuk ganda sehingga membawa pada anggapan bahwa nama tersebut mengacu pada fakta kota tersebut terletak pada dua bukit.[10][11] Meski demikian, lafal suku kata terakhir -ayim hanya muncul dalam perkembangan akhir, dan tidak ada pada masa Septuaginta. Dalam bahasa Yunani dan Latin kata ini ditulis Hierosolyma. Bagi orang Arab, Yerusalem adalah al-Quds ("Kudus"). "Zion" awalnya dianggap merupakan bagian kota, namun kemudian menjadi tanda kota secara keseluruhan. Dalam kekuasaan Raja Daud, kota ini dikenal sebagai Ir Daud (Kota Daud).[12]. staus

Sejarah

Bukti-bukti keramik menunjukkan adanya kesibukan di Ofel, yang saat ini dikenal dengan nama Yerusalem padaZaman Tembaga sekitar milenium ke-4 SM,[13] dengan bukti sebuah pemukiman tetap selama awal Zaman Perunggusekitar 3000–2800 SM.[13][14] Teks Kebencian (sekitar abad ke-9 SM), merujuk pada kota yang disebut Roshlamematau Rosh-ramen[13] dan surat Amarna (sekitar abad ke-14 SM) mungkin merupakan yang pertama kali menyebut kota tersebut.[15][16] Beberapa ahli arkeologi, termasuk Kathleen Kenyon, meyakini Yerusalem[17] sebagai sebuah kota yang didirikan oleh masyarakat Semitik Barat dengan pemukiman yang terorganisir sekitar tahun 2600 SM. Menurut tradisi Yahudi, kota ini didirikan oleh Shem dan Eber, nenek moyang Abraham. Dalam kisah Alkitab, saat pertama kali disebutkan, Yerusalem (dikenal sebagai "Salem") dikuasai oleh Melkisedek, sekutu Abraham (disamakan dengan Shem dalam legenda). Kemudian, di masa Yosua, Yerusalem berada di teritori suku Benyamin (Yosua 18:28) namun masih dalam kuasa independen orang Yebus hingga ditaklukkan oleh Daud dan dijadikan ibukota Kerajaan Israel(sekitar 1000-an SM).[18][19][v] Penggalian terkini di Bangunan Batu Besar ditafsirkan oleh sebagian ahli arkeologis memberikan kepercayaan pada kisah Alkitab.[20]

Periode Bait

Menurut kitab Ibrani, Raja Daud berkuasa hingga 970 SM. Dia dilanjutkan putranya Salomo,[21] yang membangun Bait Suci di Gunung MoriaBait Salomo (kemudian dikenal sebagai Bait Pertama), memainkan perang penting dalamsejarah bangsa Yahudi sebagai tempat singgahnya Tabut Perjanjian.[22] Selama lebih dari 450 tahun, hingga penaklukkan Babilonia di tahun 587 SM, Yerusalem merupakan ibukota politik Kerajaan Israel bersatu dan kemudianKerajaan Yehuda dan Baitnya menjadi pusat keagamaan bangsa Israel.[23] Periode ini dikenal dalam sejarah sebagaiPeriode Bait Pertama.[24] Setelah Salomo wafat (sekitar 930 SM), sepuluh suku utara memisahkan diri membentukKerajaan Israel. Di bawah kekuasaan Wangsa Daud dan Salomo, Yerusalem menjadi ibukota Kerajaan Yehuda.[25]
Menara Daud yang tampak dari Lembah Hinnom
Saat bangsa Assyria menaklukkan Kerajaan Israel di tahun 722 SM, Yerusalem dikuatkan oleh serombongan besar pengungsi dari kerajaan utara. Periode Bait Pertama berakhir sekitar tahun 586 SM, saat bangsa Babilonia menaklukkan Yehuda dan Yerusalem, dan menelantarkan Bait Salomo.[24] Di tahun 538 SM, setelah lima puluh tahunpembuangan ke BabiloniaRaja Persia Koresh Agung mengajak orang Yahudi untuk kembali ke Yehuda membangun Bait.[26] Pembangunan Bait Kedua selesai di tahun 516 SM, selama kekuasaan Darius Agung, tujuh puluh tahun setelah hancurnya Bait Pertama.[27][28] Kemudian, di tahun ~445 SM, Raja Artaxerxes I dari Persia mengeluarkan dekrit yang mengizinkan kota dan tembok dibangun kembali.[29] Yerusalem kembali menjadi ibukota Yehuda dan pusat peribadatan orang Yahudi. Saat pengasa Makedonia Aleksander Agung menaklukkan Kekaisaran Persia, Yerusalem dan Yudea jatuh ke tangan Makedonia, segera setelahnya jatuh ke kekuasaan Dinasti Ptolemaik dibawahPtolemy I. Di tahun 198 SM, Ptolemy V kehilangan Yerusalem dan Yudea dari bangsa Seleukus dibawah Antiochus IIIKekaisaran Seleukus yang berusaha mengisi Yerusalem sebagai polis yang dihelenisasi menjadi gawat di tahun 168 SM dengan kebehasilan penuh Revolusi Makabe Mattathias sang Pendeta Tinggi dan kelima putranya atasAntiochus Epiphanes, dan terbentuknya Kerajaan Hasmonea mereka di tahun 152 SM dengan Yerusalem kembali sebagai ibukotanya.[30]

Perang Yahudi-Romawi

Bangsa Romawi mengepung dan menghancurkan Yerusalem (David Roberts, 1850)
Saat Roma menjadi semakin kuat, Herodes diangkat sebagai raja boneka Yahudi. Herodes Agung mengabdikan dirinya untuk membangun dan memperindah kota. Dia membangun tembok, menara, dan kuil, dan memperluas Bukit Bait, menopang halaman istana dengan balok batu yang beratnya mencapai 100 ton. Selama Herodes berkuasa, wilayah Bukit Bait bertambah luas.[21][31][32] Di tahun 6 M, kota dan wilayah-wilayah di sekitarnya oleh penguasa Romawi dijadikan sebagai Provinsi Iudaea[33] dan keturunan Herodes hingga Agrippa II masih memangku gelar raja boneka Yudea hingga 96 M. Penguasa Romawi atas Yerusalem dan wilayah sekitarnya mulai tertantang dengan adanya Perang Yahudi-Romawi pertama, yang menyebabkan kehancuran Bait Kedua di tahun 70 M. Yerusalem sekali lagi menjadi ibukota dari Yudea selama tiga tahun pemberontakan yang dikenal dengan Revolusi Bar Kokhba yang dimulai tahun 132 M. Orang-orang Romawi terus menekan revolusi di 135 M. Kaisar Hadrianus meromawisasi kota dan mengganti namanya menjadiAelia Capitolina[34], dan melarang orang Yahudi memasukinya. Hadrianus mengganti keseluruhan namaProvinsi Iudaea menjadi Syria Palaestina menurut kata Filistin dalam Alkitab untuk menjauhkan orang Yahudi dari negara mereka.[35][36] Larangan orang Yahudi memasuki Aelia Capitolina berlanjut hingga abad ke-4 M.
Lima abad setelah revolusi Bar Kokhba, kota masih berada dibawah kekuasaan Romawi kemudianBizantium. Selama abad ke-4, Kaisar Romawi Konstantin I membangun tempat-tempat Kristen di Yerusalem seperti Gereja Makam Kudus. Luas wilayah dan populasi Yerusalem mencapai puncak di akhir Periode Bait Kedua: Kota mencakup dua kilomoter persegi dan memiliki populasi 200.000[35][37] Dari dari-hari Konstantin hingga abad ke-7, Yerusalem dilarang bagi orang Yahudi.[38]

Penguasaan Arab

Yerusalem merupakan kota tersuci ketiga orang Islam setelah Mekkah dan Madinah. Orang-orang Muslim pada masa-masa awal menyebutnya Bait al-Muqaddas; selanjutnya lebih dikenal dengan al-Quds al-Sharif. Di tahun 638, Kekhalifahan Islam membentangkan kekuasaannya hingga.[41] Dengan adanya penaklukkan Arab, orang Yahudi diizinkan kembali ke kota.[42] Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab menandatangani kesepakatan dengan Patriakh Kristen Monofisit Sophronius untuk meyakinkan dia bahwa tempat-tempat suci dan umat Kristen Yerusalem akan dilindungi dibawah kekuasaan orang Muslim.[43] Umar memimpin dari Batu Fondasi di Bukit Bait, yang sebelumnya telah ia bersihkan untuk mempersiapkan bangunan masjid. Menurut uskup Gaul Arculf, yang tinggal di Yerusalem dari 679 hingga 688, Masjid Umar merupakan bangunan kayu persegi yang dibangun diatas sisa-sisa bangunan yang dapat menampung 3.000 jamaah.[44] Khalifah Abdul Malik dari Umayyah mempersiapkan pembangunan Kubah Shakhrah pada kahir abad ke-7.[45] Sejarawan abad ke-10 al-Muqaddasi menulis bahwa Abdul Malik membangun altar untuk menyelesaikan kemegahan gereja-gereja monumental Yerusalem.[44] Selama lebih dari empat ratus tahun berikutnya, ketenaran Yerusalem berkurang saat wilayah itu direbut dan menjadi wilayah kekuasaan Arab.[46]

Periode tentara Salib, Ayyubiyyah, dan Mamluk

Ilustrasi abad Pertengahan perebutan Yerusalem selama Perang Salib Pertama, 1099
Tahun 1099, penguasa Fatimiyah mengusir penduduk Kristen asli sebelum Yerusalem ditaklukkan oleh Tentara Salibyang kemudian membantai sebagian besar penduduk Muslim dan Yahudi; kemudian Tantara Salib membuatKerajaan Yerusalem. Pada awal Juni 1099 populasi Yerusalem menurun dari 70.000 hingga kurang dari 30.000.[47]
Tahun 1187, kota direbut dari Tentara Salib oleh Saladin yang mengizinkan orang Yahudi dan Muslim kembali dan bermukim di dalam kota.[48] Dibawah pemerintahan Dinasti Ayyubiyyah Saladin, periode investasi besar dimulai dengan pembangunan rumah-rumah, pasar, kamar-mandi umum, dan pondok-pondok bagi peziarah, begitu pula ditetapkannya sumbangan keagamaan. Meski demikian, selama abad ke-13, Yerusalem turun status menjadi desa karena jatuhnya nilai strategis kota perjuangan Ayyubiyyah yang gagal.[49]
Tahun 1244, Yerusalem dikepung oleh Kharezmian bangsa Tartar, yang mengurangi penduduk Kristen kota dan mengusir orang Yahudi.[50]Khwarezmia dari bangsa Tatar diusir oleh Ayyubiyyah tahun 1247. Dari 1250 hingga 1517, Yerusalem dikusasai oleh Mamluk. Selama periode ini banyak pertentangan terjadi antara Mamluk di satu sisi dan tentara salib dan suku Mongol di sisi lain. Wilayahnya juga terimbas dari banyak gempa dan wabah hitam.

Era Ottoman

Tahun 1517, Yerusalem dan sekitarnya jatuh ke tangan Turki Ottoman yang masih mengambil kendali hingga 1917.[48] Yerusalem menikmati periode pembaruan dan kedamaian dibawah kekuasaan Suleiman I – termasuk pembangunan ulang tembok-tembok yang mengelilingi Kota Tua. Selama masa penguasa-penguasa Ottoman, Yerusalem berstatus provinsi, jika dalam hal keagamaan kota ini menjadi pusat yang sangat penting, dan tidak menutup diri dari jalur perdagangan utama antara Damaskus dan Kairo.[51] Orang-orang Muslim Turki melakukan banyak pembaharuan: sistem pos modern diterapkan oleh berbagai konsulat; penggunaan roda untuk mode transportasi; kereta pos dan kereta kuda, gerobak sorong dan pedati; dan lentera minyak, merupakan tanda-tanda awal modernisasi di dalam kota.[52] Pada paruh abad ke-19, bangsa Ottoman membangun jalan aspal pertama dari Jaffa hingga Yerusalem, dan pada 1892 jalur rel mulai mencapai kota.[52]
Setelah aneksasi Yerusalem oleh Muhammad Ali dari Mesir tahun 1831, misi dan konsulat asing mulai menapakkan kakinya di kota. Tahun 1836,Ibrahim Pasha mengizinkan penduduk Yahudi Yerusalem memperbaiki empat sinagoga besar, termasuk diantaranya Sinagoga Hurva.[53] Saat Revolusi Arab di Palestina 1834, Qasim al-Ahmad memimpin penyerangan dari Nablus dan menyerang Yerusalem, dibantu oleh klan Abu Ghosh, dan memasuki kota pada 31 Mei 1834. Orang Kristen dan Yahudi di Yerusalem menjadi target penyerangan. Tentara Mesir Ibrahim menaklukkan serangan Qasim di Yerusalem bulan berikutnya.[54]
Kekuasaan Ottoman kembali lagi di tahun 1840, namun banyaknya orang Islam Mesir yang ada di Yerusalem dan orang Yahudi dari Aljazair dan Afrika Utara yang berdatangan menyebabkan meningkatnya jumlah populasi di dalam kota.[53] Di tahun 1840-an dan 1850-an, kuasa internasional mulai tarik tambang di Palestina saat mereka meminta perpanjangan perlindungan atas umat beragama minoritas di dalam negeri, sebuah perjuangan yang diangkat terutama oleh wakil konsuler di Yerusalem.[55] Menurut konsul Prussia, populasi di tahun 1845 adalah 16.410 dengan 7.120 orang Yahudi, 5.000 Muslim, 3.390 Kristen, 800 tentara Turki dan 100 orang Eropa.[53] Volume peziarah Kristen semakin meningkat selama kekuasaan Ottoman, dan menyebabkan populasi kota bertambah menjadi dua kali lipat selama Paskah.[56]
Di tahun 1860-an, pemukiman baru mulai berkembang di luar tembok Kota Tua sebagai tempat menetap para peziarah dan untuk mengurangi tingkat kepadatan dan sanitasi yang buruk di dalam kota. Kamp Rusia dan Mishkenot Sha'ananim didirikan di tahun 1860.[57] Tahun 1867 Misionaris Amerika melaporkan populasi kira-kira Yerusalem 'diatas' 15.000 yang terdiri dari: 4.000 hingga 5.000 orang Yahudi dan 6.000 umat Muslim. Setiap tahun ada sekitar 5.000 hingga 6.000 Peziarah Kristen Rusia.[58]

Mandat Britania dan Perang 1948

Jendral Edmund Allenby memasukiGerbang Jaffa di Kota Tua Yerusalem pada 11 Desember 1917
Tahun 1917 setelah Pertempuran YerusalemTentara Britania dipimpin General Edmund Allenby mengepung kota,[59] dan di tahun 1922, LBBpada Konferensi Lausanne mempercayakan Britania Raya untuk mengatur Mandat bagi Palestina.
Dari tahun 1922 hingga tahun 1948 total populasi kota meningkat dari 52.000 menjadi 165.000 dengan dua pertiganya orang Yahudi dan sepertiga orang Arab (umat Muslim dan Kristen).[60] Situasi antara orang Arab dan Yahudi di Palestina tidak tenang. Di Yerusalem, kerusuhan terjadi tahun 1920 dan tahun 1929. Dibawah pemerintahan Britania, taman-taman baru dibuat di pinggir kota di bagian utara dan barat kota[61][62] dan institusi pendidikan tinggi seperti Universitas Ibrani didirikan.[63]
Saat masa jabatan Mandat Britania untuk Palestina berakhir, Rencana Pembagian Palestina oleh PBB tahun 1947 mengusulkan "pembuatan rezim internasional khusus di Kota Yerusalem, mengesahkannya sebagai corpus separatum dibawah administrasi PBB."[64] Rezim internasional (yang juga termasuk kota Bethlehem) tetap berlaku selama satu periode berkisar sepuluh tahun, kemudian sebuah referendumdiadakan untuk memutuskan rezim masa depan kota. Namun, rencana ini tidak dilaksanakan karena perang tahun 1948 meletus, sementara Britania menarik diri dari Palestina dan Israel menyatakan kemerdekaannya.[65] Perang memicu pemindahan populasi Arab dan Yahudi di kota. 1.500 penduduk Perempat Yahudi di Kota Tua terusir dan beberapa ratus dipenjara saat Legiun Arab mengepung Perempat itu pada 28 Mei.[66][67] Legiun Arab juga menyerang Yerusalem Barat dengan sniper.[68]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar